Beranda | Artikel
Bagian ke 3 : Cara Baru dalam Berdoa
Jumat, 7 April 2017

Al-Ustadz Adi Hidayat telah menetapkan suatu hal yang baru yang tidak pernah penulis dapatkan dalam buku-buku tafsir, yaitu :

“Setelah membaca al-fatihah dalam sholat, disyari’atkannya berdoa dengan melafalkan ayat-ayat yang sesuai dengan problematika kita”
Dalam ceramah yang berjudul “Cara berdoa ketika sholat agara cepat dikabulkan” (https://youtu.be/iqEc28EET6Y), al-Ustadz Adi Hidayat berkata :
“Baik, ada empat posisi, saya ulang ada empat posisi dalam shalat yang langsung dijamin oleh Al-Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai posisi yang cepat mengabulkan doa.
Satu, berdiri berdiri dalilnya di Qur’an surat ketiga Ali Imran ayat 38 sampai 39, di Al Baqarah ayat ke 45…”

Beliau kemudian berkata juga, “Ada dua cara, ketika Anda ingin bermohon saat berdiri dalam shalat. Cara pertama yang tidak dilafazkan berdasarkan isyarat di Qur’an ya surat kedua Al Baqarah ayat 45 :

وَاسْتَعِيْنُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ
Dan jika Anda memiliki persoalan dalam kehidupan, terima dengan sabar, kemudian minta solusinya dengan shalat… Cara pertama, tidak perlu dilafadkan, cukup dalam hati saja. Jadi begitu Anda katakan وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ  Anda hadirkan suasananya, Anda punya persoalan apa dalam kehidupan. Jelas di sini?”

Beliau kemudian berkata, “Yang kedua, ada yang boleh dilafadkan dalam berdiri, boleh bisa dilafadkan. Jadi yang ini belum dilafadkan masih memohon, yang kedua yang dilafadkan. Kapan itu dilafadkan? Setelah membaca Al-Fatihah. Setelah membaca Al Fatihah. Antum kalau selesai membaca Al Fatihah dalam shalat baca apa? Halo? Jangan katakan wallahu a’lam ga ada ah. ولا الضالين الله أعلم  ga ada. Baik setelah baca Al Fatihah baca apa? Suroh”

Setelah itu al-Ustadz Adi Hidayat menjelaskan daftar ayat-ayat yang bisa dijadikan lafal doa tatkala hendak berdoa dengan dilafalkan tatkala berdiri dalam sholat, yang daftar ayat-ayat tersebut sesuai dengan kebutuhan kita. (sebagaimana nanti akan penulis sebagiannya)

Komentar :

Pertama : Allah tatkala memerintahkan membaca surat/ayat setelah al-Qur’an dengan yang mudah dan tidak mengkaitkan dengan problematika yang kita hadapi. Allah berfirman :

فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ

“Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an” (QS al-Muzammil : 20)

Kedua : Syari’at berdoa dengan cara seperti ini -yaitu mengkaitkan topik ayat sebagai bentuk dengan sesuai dengan masalah/problem yang kita hadapi- belum pernah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabat, dan para imam madzhab.

Padahal cara berdoa ala tafsir al-Ustadz Adi Hidayat adalah cara berdoa cepat dikabulkan dalam sholat. Namun bagaimana Nabi tidak pernah menjelaskan cara seperti ini?, bagaimana para sahabat tidak pernah menjelaskan cara seperti ini?, demikian juga para ulama?. Apakah ini murni “metode tafsir” al-Ustadz Adi Hidayat?

Ketiga : Ayat -surat Ali Imron : 38-39- yang dijadikan dalil oleh al-Ustadz akan syari’at “model baru” ini ternyata tidak pernah dipahami demikian oleh seluruh ahli tafsir.

Allah berfirman :
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ (38) فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (39)

Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh” (QS Ali Imron : 38-89)

Kondisi Zakariya tatkala sedang berdiri sholat bukan kondisi tatkala berdoa, tetapi kondisi beliau tatkala malaikat memanggil Zakariya. (Sebagaimana perkata At-Thobari :

قال أبو جعفر: وتأويل قوله:”وهو قائم:” فنادته الملائكة في حال قيامه مصلِّيًا. فقوله:”وهو قائم”، خبر عن وقت نداء الملائكة زكريا

Tafsir at-Thobari 6/366)

Adapun bagaimanakah kondisi Zakariya ‘alaihis salam tatkala beliau berdoa?, maka disebutkan oleh Allah pada ayat sebelumnya : هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ (Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya), maka ada dua pendapat ahli tafsir :

–         Zakariya berdoa tatkala melihat Maryam diberi rizki oleh Allah -yaitu bukan dalam kondisi sholat-. Dan ini adalah pendapat At-Thobari rahimahullah (Tafsir At-Thobari 6/359-360)

–         Zakariya ‘alaihis salam berdoa tatkala sedang sholat. (lihat Tafsir Ar-Razi 21/507) namun tidak ada penjelasan kalau sedang berdiri.

Keempat : Apalagi menjadikan surat al-Baqoroh ayat 45 وَاسْتَعِيْنُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ  (Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu) sebagai dalil akan disyari’atkannya berdoa dalam sholat tatkala berdiri

Maka ayatnya terlalu umum dari sisi apa maksud menjadikan sholat sebagai penolong? Apakah dengan berdoa di dalam sholat atau berdoa setelah sholat?. Jika maksudnya adalah berdoa dalam sholat, maka apakah dalam sujud?, atau sebelum salam setelah tasyahhud akhir, ataukah berdoa dalam qunut setelah i’tidal, ataukah takala berdiri setelah membaca al-Fatihah?. Jadi dalil terlalu umum untuk permasalahan yang terlalu khusus.

Karenanya penulis tidak mendapatkan seorang ahli tafsirpun yang menjadikan ayat ini sebagai dalil tentang disyari’atkannya berdoa tatkala berdiri dalam sholat. Akan tetapi ada dua pendapat di kalangan ahli tafsir tentang ayat ini ;

–         Maksudnya jika menghadapi permasalahan maka segera sholat sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena sholat akan mengingatkan pada akhirat yang kekal dan dunia yang hanya sementara sehingga hal in akan meringankan beban permasalahan (Lihat Tafsir At-Thobari 1/618)

–         Maksud dari sholat dalam ayat adalah doa itu sendiri dan bukan sholat yang dibuka dengan takbir dan ditutup dengan salam, karena dalam bahasa arab sholat itu artinya doa (lihat Al-Kasysyaaf 1/134)

Kelima : Ayat-ayat yang dijadikan sebagai contoh doa untuk solusi juga tidak nyambung. Contoh :

Pertama : AH berkata : “Begitu dia mulai mengandung bagaimana kandungannya supaya baik Quran surat ke-7 ayat ke-189”

Komentar : Kita lihat apa isi ayat tersebut :

Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur” (QS Al-A’raf : 189)

Padahal setelah ayat ini ternyata sedang menjelaskan kedua orang tua yang lupa bersyukur kepada Allah, Allah berfirman :

Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS Al-A’raf : 190)

Jadi Surat 7 ayat 189-190 dibawakan oleh Allah untuk menjelaskan suami istri yang bersalah dan akhirnya menyekutukan Allah. Masak ayat seperti ini dijadikan doa agar kandungan menjadi baik? Apa hubungannya?

Kedua : AH berkata “begitu dilahirkan bagaimana supaya ASI-nya mengalir lancar, anaknya tumbuh menjadi anak yang shaleh Quran surat ke-2 ayat 233”

Isi ayatnya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan “(QS Al-Baqoroh : 233)

Ayat ini sedang menjelaskan anjuran menyusui anak selama dua tahun, dan boleh juga jika menyapih anak kurang dari dua tahun atau disusukan oleh orang lain. Tapi tidak ada kaitannya agar air susu bisa menjadi lancar. !? Apa ada ulama yang mengajarkan kalau ingin air susu lancar berdoa dengan membaca ayat ini?

Ketiga : AH berkata, “Kemudian dia mulai belajar supaya cepat menangkap pelajarannya Quran surat 9 ayat 122”

Isi ayatnya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS At-Taubah : 122)

Apa hubungannya ayat ini agar bisa lebih pintar dan lebih cepat menangkap pelajaran?

Keempat : AH berkata, “supaya meningkat prestasinya Quran surat 58 ayat yang ke-11”

Isi ayatnya : “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS al-Mujadilah : 11)

Ayat ini menjelaskan tentang adab bermajelis dan anjuran untuk menuntut ilmu, lalu apa bisa dibaca supaya prestasi meningkat?

Kelima : AH berkata, “kemudian dia mulai meningkat lagi pendidikannya mulai mendapatkan teman-teman bergaul, bagaimana supaya tidak bisa merubah keadaannya, supaya lebih dekat dengan Allah, tidak terjebak dalam pergaulan bebas Quran surat ke-49 ayat ke-13-nya”

Isi ayatnya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS Al-Hujurat : 13)

Apa hubungannya ayat ini dengan agar tidak terjebak pergaulan bebas?. Apakah ada ulama yang mengajarkan agar anak tidak bergaul bebas maka baca ayat ini dalam doa?

Dan ayat-ayat doa lainnya …silahkan bisa dicek sendiri, ini hanya sekedar contoh saja.

Bersambung…

Madinah, 07-07-1438 H / 04-04-2017
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/1747-bagian-ke-3-cara-baru-dalam-berdoa.html